
KTT COP26 Kasih Angin ke Batu Bara, 'Kiamat' Masih Lama

India dan China bukan tanpa maksud berkompromi dengan penghapusan batu bara. Mereka berdalih butuh ruang dan waktu untuk mengimplementasikan gagasan tersebut.
Melihat kondisi China yang kini diterpa krisis listrik, akan berat untuk mengurangi batu bara yang masih menjadi tulang punggung energi Negeri Panda tersebut. Pemerintah China sedang giat menambah produksi untuk mengisi kekosongan pasokan batu bara nasional yang sangat dibutuhkan sekarang.
Belum lagi negeri itu kini menghadapi ancaman cuaca buruk di tengah musim dingin. Hal tersebut memaksa Beijing menyerukan penambahan kapasitas produksi batu bara guna memenuhi kebutuhan tersebut.
Kantor berita Xinhua melaporkan fakta bahwa negara itu memproduksi lebih banyak batu bara daripada sebelumnya dalam satu hari. Rata-rata produksi harian batu bara China mencapai sekitar 12 juta ton pada hari Rabu, naik 120.000 ton dari rekor harian sebelumnya.
Faktor ekonomi pun jadi alasan lain bagi kedua negara tersebut mengambal langkah berani pada injury time COP26 untuk melonggarkan komitmen penghentian batu bara. India sangat bergantung dengan batu bara dan menggunakan 70% energi fosil untuk produksi energi dalam negeri.
Bukan hanya itu, empat juta orang saat ini juga bekerja di industri tersebut. Meskipun menjadi ekonomi terbesar ke-6 dunia, negara itu masih dianggap sebagai negara berkembang dan tak mampu sepenuhnya melepaskan diri dari batu bara.
Sebenarnya, suara India dan China mendapat dukungan dari John Kerry, perwakilan dari Amerika Serikat (AS). AS mengatakan batu bara harus dikurangi secara bertahap.
"Bahkan setelah apa yang terjadi, batu bara tetap dicatat. Anda harus mengurangi batubara secara bertahap sebelum Anda dapat mengakhiri batubara," kata John Kerry, membela aksi India dan China tersebut.
Sementara itu, harga batu bara melesat sepanjang tahun 2021 menjadi harapan pemulihan ekonomi dari pukulan Covi-19 (Coronavirus Disease 2019) bagi negara berkembang yang mengandalkan komoditas emas hitam sebagai sumber pendapatan. Indonesia adalah contoh nyata negara yang diuntungkan dari kenaikan harga batu bara.
Realisasi penerimaan negara dari pajak sebesar Rp 850,06 triliun atau tumbuh 13,25% year-on-year (yoy). Secara sektoral, kenaikan tertinggi terjadi di sektor pertambangan. Penerimaan pajak dari sektor ini meningkat hingga 317,6% di akhir September 2021.
Realisasi penerimaan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 320,84 triliun atau tumbuh 22,53%, setara 107,59% dari taget. Pertumbuhan PNBP ditopang oleh sektor Nonmigas yang tumbuh 78,3%.
Indonesia merupakan negara pengekspor batu bara terbesar kedua yang menguasai 26,8% jumlah ekspor dunia pada tahun 2020, mengacu data BP Statistical Review.
Halaman 3>>
