²©²ÊÍøÕ¾

Tolong Pak Jokowi, Harga Cabe Naik 2x Lipat!

Hidayat Setiaji, ²©²ÊÍøÕ¾
13 December 2021 08:39
Penjualan Cabe Rawit di Pasar Kramat Jati, Jakarta. (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)
Foto: Penjualan Cabe Rawit di Pasar Kramat Jati, Jakarta. (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kenaikan harga barang dan jasa jadi masalah baru setelah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) mereda. Mulai dari Amerika Serikat (AS) hingga Indonesia pun merasakannya.

Inflasi di Negeri Paman sedang 'super hot'. Pada November 2021, terjadi inflasi 6,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Ini menjadi rekor tertinggi sejak 1982. Wow...

Saat pandemi sudah mulai melandai, warga AS kembali beraktivitas. Permintaan pun melonjak, kembali ke level sebelum pandemi.

Di sisi lain, dunia usaha belum bisa mengimbangi lesatan permintaan tersebut. Ditambah lagi ada masalah rantai pasok akibat krisis energi, keterbatasan tenaga kerja, kenaikan upah, dan sebagainya. Tidak ada jalan lain, harga barang dan jasa terpaksa naik.

"Tidak ada ruang yang cukup untuk menjelaskan hubungan inflasi dan pembukaan kembali aktivitas ekonomi selepas pandemi (reopening). Bahkan dirasakan pula oleh mereka yang berpendapatan rendah," tegas Will Compernolle, Ekonom Senior FHN Financials yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan tekanan inflasi akan menjadi fenomena global. Setelah bank sentral dan pemerintah mulai mengurangi stimulus, pasokan uang di perekonomian akan berkurang sehingga menyebabkan inflasi.

"Kita sekarang sedang dalam fase di mana negara-negara sudah tidak punya ruang lagi untuk mempertahankan kebijakan fiskal dan moneter longgar. Oleh karena itu, kita akan melihat tekanan inflasi terjadi di seluruh negara," kata Gita Gopinath, Kepala Ekonom IMF, seperti dikutip dari Reuters.

Bagaimana di Indonesia? Apakah inflasi juga bakal 'super hot' seperti di AS?

Well, inflasi di Indonesia memang belum setinggi di AS. Bank Indonesia (BI) dalam Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga pekan II memperkirakan inflasi Desember sebesar 0,34% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Dengan demikian, inflasi sepanjang 2021 akan menjadi 1,64%.

"Penyumbang utama inflasi Desember 2021 sampai dengan minggu II yaitu komoditas cabai rawit sebesar 0,08% (mtm), minyak goreng sebesar 0,04% (mtm), cabai merah sebesar 0,03% (mtm), daging ayam ras sebesar 0,02% (mtm), sawi hijau, sabun detergen bubuk, semen dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain bawang merah dan daging sapi masing-masing sebesar -0,01% (mtm)," sebut keterangan tertulis BI.

Mengutip catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga sejumlah kebutuhan pokok mengalami lonjakan yang luar biasa. Misalnya cabai merah keriting, harga rata-rata nasional pada 10 Desember 2021 adalah Rp 51.150/kg. Dibandingkan sebulan sebelumnya, terjadi kenaikan 19,51%.

Kemudian harga cabai rawit merah per 10 Desember 2021 adalah Rp 76.100/kg. Meroket 106,23% dalam sebulan terakhir. Lebih dari dua kali lipat...

Harga cabai rawit hijau juga melejit. Pada 10 Desember 2021, harganya ada di Rp 52.600/kg. 'Lompat' 52,91% dari sebulan yang lalu.

Sekarang mungkin inflasi Indonesia belum 'super hot' seperti di AS. Namun kalau harga cabai-cabaian terus naik seperti ini, inflasi Tanah Air lama-lama bisa panas juga...

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular