²©²ÊÍøÕ¾

Dua Tahun Diteror Covid-19, Ekonomi Indonesia Sudah Bangkit!

Hidayat Setiaji, ²©²ÊÍøÕ¾
02 March 2022 11:39
Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) mendata pasien Covid-19 untuk di evakuasi masuk ke dalam bus sekolah di Puskesmas Tebet, Jakarta, Kamis (3/2/2022). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) mendata pasien Covid-19 untuk di evakuasi masuk ke dalam bus sekolah di Puskesmas Tebet, Jakarta, Kamis (3/2/2022). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pada 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pengumuman yang mengejutkan. Setelah mengklaim sebagai wilayah aman, akhirnya Indonesia mencatat kasus perdana infeksi virus SARS CoV-2.

"Dicek dan tadi pagi saya dapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," kata Jokowi kala itu.

Pada 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan penyakit akibat virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sebagai pandemi global. Pandemi ini kemudian menjelma menjadi yang terbesar dalam 100 tahun terakhir, membuat ratusan juta penduduk dunia jatuh sakit dan jutaan di antaranya meninggal dunia.

Berawal dari dua kasus tersebut, pandemi virus corona juga meneror Indonesia. Kementerian Kesehatan mencatat per 1 Maret 2022 total sudah 5.589.176 warga negara Indonesia yang terinfeksi Covid-19. Indonesia berada di peringkat 16 dunia.

Sementara total rakyat Indonesia yang tutup usia akibat serangan virus corona per 1 Maret 2022 adalah 148.660 orang. Indonesia menempati urutan sembilan dunia.

Halaman Selanjutnya --> Dihantam Pandemi, Ekonomi Langsung Tumbang

Seperti negara-negara lain, pemerintahan Presiden Jokowi juga merespons pandemi dengan membatasi aktivitas dan mobilitas rakyat. Awalnya ada kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kemudian berubah menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), yang bertahan sampai sekarang.

Intinya, pemerintah meminta masyarakat sebisa mungkin #dirumahaja. Jangan keluar rumah, kecuali untuk urusan mendesak. Bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah.

Entah karena patuh terhadap anjuran pemerintah atau masyarakat punya kesadaran sendiri khawatir tertular virus, masyarakat Tanah Air memilih untuk banyak diam di rumah. Mengutip catatan Covid-19 Community Mobility Report, aktivitas masyarakat di rumah masih lebih tinggi dibandingkan masa sebelum pandemi. Sementara di tempat kerja dan tempat transit (stasiun, halte, terminal, dan sebagainya) masih di bawah hari-hari sebelum pandemi.

Pembatasan aktivitas dan mobilitas bertujuan mulia, untuk menekan risiko penyebaran virus corona. Sebab, virus akan lebih mudah menular kala terjadi peningkatan intensitas kontak dan interaksi antar-manusia.

Namun tidak bisa dipungkiri pendekatan ini berdampak terhadap aspek sosial-ekonomi. Mobilitas yang berkurang sama saja membuat 'roda' ekonomi tidak bisa berputar secepat masa pra-pandemi.

Periode paling kelam terjadi pada 2020. Kala itu, ekonomi Indonesia sampai mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) untuk kali pertama sejak 1998.

Halaman Selanjutnya --> Sah! Ekonomi Indonesia Sudah Bangkit

Memasuki 2021, harapan itu datang. Vaksin anti-virus corona sudah ditemukan, dan langsung disebar ke berbagai negara termasuk Indonesia.

Soal vaksinasi, Indonesia boleh berbangga. Per 28 Februari 2022, sudah 143,78 juta rakyat Indonesia yang menerima vaksinasi lengkap (dua dosis). Indonesia menempati urutan lima dunia.

coronaSumber: Our World in Data

Seiring kian luas dan cepatnya vaksinasi, pemerintah mulai melonggarkan pembatasan sosial. Akibatnya, ekonomi Ibu Pertiwi bisa berputar kembali.

Pada 2020, perekonomian Indonesia yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat Rp 15.434,2 triliun. Turun 2,07% dibandingkan 2019.

Namun pada 2021, Indonesia berhasil 'balas dendam'. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan PDB Indonesia tahun lalu adalah Rp 16.970,8 triliun. Sudah lebih tinggi dibandingkan 2019, masa sebelum pandemi. Indonesia resmi bangkit, pulih dari 'pukulan' pandemi virus corona.

Akan tetapi, pemulihan ekonomi nasional belum merata. Masih ada sejumlah bidang usaha yang tertinggal di belakang, belum bisa bangkit.

Misalnya pariwisata. Sepanjang 2021, total kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia adalah 1,64,6 juta. Anjlok 61,57% dibandingkan 2020.

Pariwisata adalah sektor yang mengandalkan keramahtamahan (hospitality). Keramahtamahan ini berarti mengedepankan pengalaman interaksi antar-manusia, sesuatu yang 'diharamkan' saat terjadi pandemi.

"Sebelum pandemi, pariwisata adalah salah satu sektor yang memainkan peran penting dalam perekonomian dunia, menciptakan lebih dari 320 juta lapangan kerja. Pada era pandemi global, 100 juta lapangan kerja di sektor ini terancam, kebanyakan adalah usaha mikro, kecil, dan menengah.

"Negara-negara yang mengandalkan sektor pariwisata akan merasakan dampak yang lebih lama. Sektor pariwisata, yang padat kontak, akan tetap tertekan sampai masyarakat merasa benar-benar aman ketika bepergian," papar laporan Dana Moneter Internasional (IMF) yang berjudul Wish You Were Here.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular