
Bukan Main, China Guyur Diskon Pajak Mobil Listrik Rp1.082 T

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemerintah China mengumumkan paket pemotongan pajak senilai 520 miliar yuan atau sekitar Rp1.082 triliun (asumsi kurs Rp2.082/yuan) selama empat tahun untuk kendaraan listrik (EV) dan mobil ramah lingkungan lainnya, Rabu (21/6/2023).
Paket tersebut adalah terbesar yang pernah diberikan China untuk industri tersebut. Dilaporkan, pemberian paket itu sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan penjualan mobil yang melambat. Kondisi ini dilaporkan menimbulkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi China. Dan, setelah rincian paket ini diumumkan, saham-saham produsen mobil besar langsung melonjak.
"Perpanjangan selama empat tahun lagi melebihi harapan pasar," ujar Sekretaris Jenderal Asosiasi Mobil Penumpang China Cui Dongshu, dikutip dari Reuters, Rabu (21/6/2023).
Menurut laporan yang sama, kendaraan energi baru (NEV) yang dibeli pada 2024 dan 2025 akan dibebaskan dari pajak pembelian sebesar hingga 30 ribu yuan atau sekitar Rp62,4 juta per kendaraan.
Kementerian Keuangan China menyatakan, pengecualian ini akan dibagi menjadi dua dan dibatasi hingga 15 ribu yuan atau sekitar Rp31,2 juta untuk pembelian yang dilakukan pada 2026 dan 2027.
Sebelumnya, China juga telah menawarkan subsidi untuk pembelian kendaraan listrik selama lebih dari satu dekade. Namun, program tersebut berakhir pada tahun lalu.
Paket baru ini memperpanjang pembebasan pajak pembelian NEV yang saat ini berakhir pada akhir 2023. NEV meliputi kendaraan listrik dengan baterai, hibrida plug-in bensin-elektrik, dan kendaraan sel bahan bakar hidrogen.
Menurut Wakil Menteri Keuangan China, Xu Hongcai, keringanan pajak NEV yang pertama kali diperkenalkan pada 2014 dan diperpanjang tiga kali pada 2022 ini telah melampaui 200 miliar yuan atau sekitar Rp416 triliun per tahun lalu.
Xu mengatakan, pembebasan pajak tahun ini akan mencapai lebih dari 115 miliar yuan atau sekitar Rp239,3 triliun, menunjukkan paket baru sebesar 520 miliar yuan akan keringanan pajak terbesar yang pernah ada untuk industri ini.
Insentif pajak ini menjadikan NEV sebagai fokus utama dari upaya yang luas untuk menghidupkan kembali pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua di dunia. Saat ini, pemerintah gencar mempromosikan NEV dalam beberapa tahun terakhir melalui insentif yang mendukung kebangkitan perusahaan-perusahaan lokal, seperti Li Auto, NIO, dan BYD (002594.SZ).
Para analis mengatakan, batasan pada pembebasan pajak pembelian akan membantu mendorong pertumbuhan model-model yang lebih murah yang sebagian besar diproduksi oleh perusahaan domestik daripada kendaraan mewah dari produsen asing.
Di sisi lain, penjualan NEVÂ di China dilaporkan sempat menurun drastis setelah pemerintah mengakhiri program subsidi pembelian EV. Namun, penjualan kembali naik setelah produsen mobil, termasuk Tesla, memotong harga demi mempertahankan pangsa pasar dan setelah perpanjangan pembebasan pajak pembelian sebelumnya.
"Ini akan membantu pertumbuhan kendaraan listrik di China," kata Wakil Presiden dari lembaga riset Rystad Energy, Susan Zou, yang memperkirakan penjualan mobil listrik akan tumbuh 30 persen pada tahun 2024, meningkat dari perkiraan 15 persen tahun ini.
Menurut data dari Asosiasi Mobil Penumpang China, pada Mei, penjualan NEV naik 10,5 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Angka penjualan tersebut melonjak 60,9 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya ketika pembatasan Covid-19 masih mempengaruhi produksi dan penjualan mobil.
(dce) Next Article Energi Terbarukan RI Berjalan Lambat, Ini Biang Keroknya..
