
The Fed Makin Yakin Cut rate, IHSG-Rupiah Dapat Obat Kuat Baru

Pasar keuangan RI akan digerakkan soal ekspektasi suku bunga The Fed dan Bank Indonesia. Investor mencermati peluang adanya penurunan suku bunga.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Senin mengatakan tiga pembacaan inflasi AS selama kuartal kedua tahun ini "menambah keyakinan" bahwa laju kenaikan harga kembali ke target The Fed secara berkelanjutan, pernyataan yang menunjukkan peralihan ke penurunan suku bunga mungkin tidak akan lama lagi.
"Pada kuartal kedua, sebenarnya, kami berhasil mencapai beberapa kemajuan" dalam mengendalikan inflasi, kata Powell pada sebuah acara di Economic Club of Washington. "Kami memiliki tiga pembacaan yang lebih baik, dan jika Anda menghitung rata-ratanya, itu adalah hasil yang cukup bagus."
Harga konsumen pada kuartal kedua naik pada laju tahunan sebesar 2,1%, tidak termasuk komponen makanan dan energi yang bergejolak, dan indeks tersebut cenderung lebih tinggi daripada indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi yang disukai oleh The Fed. Data PCE untuk bulan Juni baru akan dirilis minggu depan.
"Apa yang kami sampaikan adalah bahwa menurut kami tidak tepat untuk mulai melonggarkan kebijakan sampai kami memiliki keyakinan yang lebih besar" bahwa inflasi akan kembali stabil ke angka 2%, lanjut Powell. "Kami telah menunggu hal itu. Dan menurut saya kami tidak memperoleh kepercayaan tambahan apa pun pada kuartal pertama, namun tiga pembacaan pada kuartal kedua, termasuk satu dari minggu lalu, sedikit menambah kepercayaan diri."
Deskripsi Powell mengenai perekonomian menunjukkan bahwa ia memandang perekonomian dengan cara yang penting sebagai kembali ke keseimbangan yang memungkinkan kembalinya inflasi secara stabil sesuai target bank sentral, dan memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mencoba melindungi sisi lapangan kerja penuh negara tersebut. dua tujuan yang ditetapkan Kongres.
"Tidak ada kelonggaran di pasar tenaga kerja... Intinya kita berada pada keseimbangan sekarang," katanya. Tingkat pengangguran, sebesar 4,1%, hanya sepersepuluh poin persentase di bawah pandangan median pejabat Fed mengenai lapangan kerja penuh yang konsisten dengan inflasi 2%.
"Lihat di mana inflasi berada. Inflasi berada pada angka 2,5%," kata Powell, menyebut jatuhnya inflasi dari puncaknya tanpa peningkatan cepat dalam pengangguran "bertentangan dengan banyak kebijaksanaan konvensional."
Inflasi yang diukur dengan indeks harga PCE pada bulan Mei adalah 2,6%, namun setelah rilis data harga konsumen dan grosir baru-baru ini, para ekonom memperkirakan bahwa rilis berikutnya akan mengalami penurunan menjadi 2,5% atau kurang secara tahunan.
Lalu, pada Kamis (18/7/2024) akan ada rilis data terkait pasar tenaga kerja AS, terutama yang rilis mingguan yakni klaim pengangguran.
Pasar memproyeksi klaim pengangguran akan naik menjadi 235.000 pada minggu yang berakhir 13 Juli 2024, dibandingkan pekan sebelumnya sebanyak 222.000 klaim.
Naiknya klaim pengangguran menjadi sinyal bahwa pasar tenaga kerja AS diharapkan bisa mendingin. Pasalnya di kondisi saat ini ketenagakerjaan di AS masih cukup ketat, sehingga berimplikasi pada inflasi yang cenderung masih lambat melandai sesuai dengan target the Fed di 2%.
Jika pasar tenaga kerja mendingin sesuai ekspektasi, maka peluang kebijakan the Fed bisa menurunkan suku bunga tahun ini akan meningkat.
Arah kebijakan Powell dan The Fed akan mempengaruhi kebijakan suku bunga Bank Indonesia.
Pada Rabu (17/7/2024) ada pengumuman bulanan penting dari Bank Indonesia (BI) yakni Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung dalam dua hari (16- 17 Juli 2024) dan akan diumumkan hasilnya pada Rabu sore hari.
Menarik untuk dicermati bagaimana pandangan Bank Indonesia (BI) terkait kondisi ekonomi terkini, terutama tentang rupiah yang sempat melemah menembus level terpuruk sejak Pandemi Covid-19 dan kini sudah mulai menguat lagi, serta kebijakan suku bunga acuan.
(ras/ras)