²©²ÊÍøÕ¾

Fintech Menjamur, Tapi Uang Tunai Tetap Juaranya

Rehia Sebayang, ²©²ÊÍøÕ¾
24 May 2018 16:21
Fintech Menjamur, Tapi Uang Tunai Tetap Juaranya
Foto: REUTERS/Beck Diefenbach
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Uang tunai masih penting dan tidak akan hilang dalam waktu dekat, menurut Chief Technology Officer PayPal Sri Shivananda.

Banyak perusahaan mencoba untuk menciptakan ekonomi pembayaran digital, tetapi mereka menghadapi persaingan yang ketat dari mata uang reguler, menurut Sri Shivananda, yang juga wakil presiden di PayPal.

"Kompetisi adalah 'hal nyata'," kata Shivananda kepada ²©²ÊÍøÕ¾ International dalam sebuah wawancara bulan lalu. "Ini bahkan tidak seperti Anda bersaing untuk mendapatkan volume satu sama lain. Ini sebenarnya 'nyata'."

Tahun lalu, sebuah studi dari perusahaan konsultan Capgemini dan bank BNP Paribas memperkirakan pada tahun 2020 akan ada sekitar 726 miliar transaksi menggunakan teknologi pembayaran digital di seluruh dunia.

Pasar negara berkembang diperkirakan akan mendorong tren kenaikan, di mana perkembangan teknologi baru seperti kartu bank nirkontak, perangkat elektronik yang dapat dikenakan, dan augmented reality (AR) akan mendongkrak transaksi tanpa uang tunai di masa depan.

Namun, diakui bahwa uang tunai tetap menjadi metode pembayaran utama di antara para pengguna. Bahkan, temuan dan survei penelitian lain telah menunjukkan bahwa banyak orang di seluruh dunia masih lebih suka menggunakan uang tunai.



Uang Adalah Raja

Bulan Agustus lalu, sebuah studi di PayPal menemukan bahwa uang tunai masih merajai Asia, dengan China menjadi menjadi satu negara yang berbeda karena sebagian besar responden mengatakan mereka lebih suka menggunakan pembayaran digital.

Bank Sentral Eropa pada bulan November mengatakan mayoritas penduduk di negara-negara penguna mata uang Euro biasanya menggunakan uang tunai ketika membayar barang dan jasa pada tahun 2016, terutama untuk barang-barang bernilai rendah di bawah 15 euro (US$17,62).

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, bentuk pembayaran online baru telah muncul, termasuk dompet seluler dan cryptocurrency.

Tetapi beralih dari uang tunai akan memakan waktu dan hanya akan dilakukan oleh mereka yang terbiasa menggunakan teknologi digital atau orang yang lahir setelah tahun 1980, yang akan memimpin perubahan, menurut Shivananda.

"Cara interaksi utama mereka dengan segala sesuatu di dunia adalah digital," katanya.

Bahkan kemudian, tidak akan mudah untuk menghapuskan uang tunai dari masyarakat dan semata-mata hanya menggunakan pembayaran digital, menurut David Ng, seorang pimpinan di kantor perusahaan investasi B Capital Group di Singapura.

"Uang tunai akan bertahan sedikit lebih lama, terutama di banyak pasar negara berkembang," kata Ng kepada ²©²ÊÍøÕ¾. Dia menjelaskan di banyak negara, tidak mudah untuk mendapatkan kartu kredit atau debit, atau menggunakan platform pembayaran digital.

Tetapi dorongan sistematis dari pemerintah dan ketersediaan platform pembayaran digital yang baik, seperti WeChat Pay dan M-Pesa, mungkin akan mendorong lebih banyak orang ke arah transaksi tanpa uang tunai, katanya. Bahkan kemudian, "konsumen akan tetap memilih campuran dari keduanya," tambahnya.
Menurut Shivananda ada tiga hal yang harus dilakukan oleh perusahaan pembayaran untuk meyakinkan orang agar beralih dari menggunakan uang tunai ke pembayaran digital.

"Keamanan pasti nomor satu," katanya. "Privasi adalah nomor dua dan keandalan adalah nomor tiga."

Dengan uang tunai, sebagian besar transaksi terjadi langsung antara pembeli dan penjual dan, oleh karena itu, biasanya aman dan pribadi. Tetapi dengan pembayaran digital, pengguna ingin memastikan bahwa bukan hanya uang mereka yang aman, tetapi cara mereka membelanjakan juga dijaga tetap pribadi, jelas Shivananda.

Hal itu menjadi garis batas penting yang harus dijalani oleh perusahaan pembayaran digital, karena salah satu manfaat pembayaran digital mencakup kemampuan bagi bisnis untuk mengumpulkan data yang dapat memberi mereka wawasan tentang perilaku pelanggan.

Menjadi layanan pembayaran yang dapat diandalkan adalah keunggulan kompetitif bagi perusahaan, kata para ahli.

"Seringkali sulit bagi konsumen dan pedagang untuk membedakan siapa yang memiliki teknologi yang lebih baik," kata Ng dari B Capital. "Tetapi mereka akan membuat penilaian mereka berdasarkan kemudahan bagi penggunaan, kinerja, dan jaringan."



Melindungi Kepercayaan Pengguna

Transaksi online yang memiliki masalah kecurangan, pelanggaran data, dan masalah privasi kemungkinan akan mengikis kepercayaan pengguna dalam penggunaan pembayaran digital dan layanan teknologi keuangan lainnya (fintech).

Scott Galit, CEO Payoneer, perusahaan pemrosesan pembayaran yang berbasis di New York, menambahkan bahwa beberapa perusahaan fintech saat ini meremehkan masalah seputar peraturan, risiko, dan kepatuhan.

Itu berpotensi meningkatkan risiko yang tidak diinginkan, seperti serangan cyber, di mana kepercayaan konsumen dihancurkan karena start-up tidak mengikuti prosedur anti-pencucian uang, menurut Galit.

"Secara keseluruhan, saya pikir ada terlalu banyak teknologi, dan tidak cukup tangan," katanya dan menambahkan, "Sebagian besar orang yang masuk ke sistem ini tidak berasal dari sisi jasa keuangan. Ada juga yang bermaksud memanfaatkannya untuk kepentingan lain."
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular