²©²ÊÍøÕ¾

Mimpi Menkes: Tidak ada Lagi Antrean Panjang Pasien di RS

Muhammad Iqbal, ²©²ÊÍøÕ¾
Senin, 11/10/2021 12:25 WIB
Foto: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (tengah) (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammaad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan kalau RS vertikal atau RS pemerintah dibiayai oleh negara. Tidak haya itu, dia pun mengingatkan kalau RS vertikal memiliki tugas mengampu seluruh RS yang sesuai dengan kekuatan masing-masing.

"Jadi saya sangat berharap setiap RS vertikal itu bisa menjadi mercusuar dari semua masalah medis yang terkait dengan kekuatan RS vertikal," ujar BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin, saat melantik sejumlah pejabat pimpinan tinggi pratama (eselon II) di lingkungan Kementerian Kesehatan, Senin (11/10/2021).

Dalam kesempatan itu, turut dilantik Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dr. Agus Dwi Susanto sebagai Direktur Utama RSUP Persahabatan dan Kepala Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung Dr. drg. Maya Marinda Montain, M.Kes sebagai Direktur Perencanaan Organisasi dan Umum RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.

Ia lantas mengapresiasi kerja-kerja RS Harapan Kita yang membangun jaringan pelayanan jantung di seluruh Indonesia. Dengan begitu, pasien tidak perlu ke Jakarta jika melakukan operasi jantung terbuka.



BGS menilai RS Harapan Kita dengan sistematis mendistribusikan alat, kemampuan dokter hingga perawat untuk melakukan intervensi jantung. Mulai dari pemasangan stent sampai operasi jantung terbuka. Sehingga dengan demikian layanan intervensi jantung bisa dilakukan dengan kualitas yang mirip di seluruh Indonesia.

"Jadi kalau saya lihat saya ngukurnya gampang. Kalau ternyata antreannya masih panjang di seluruh RS, kalau kemudian juga di RS-RS daerah ternyata tindakan medis seperti itu tidak bisa dilakukan, itu ciri-cirinya RS vertikal kita gagal dalam melakukan tugasnya sebagai pengampu secara nasional dari RS-RS yang ada di seluruh Indonesia," kata BGS.

"Saya sangat berharap setiap RS vertikal setidak-tidaknya harus bisa mengampu semua RS daerah dan swasta di provinsinya dia berada, idealnya malah bisa mengampu satu provinsi lain yang memang terbelakang yang kita tidak memiliki RS di sana," lanjutnya.

BGS mencontohkan RS di NTT dan Papua yang selama ini kualitas layanan medisnya turun, bisa naik gara-gara diampu salah satu RS vertikal.

"Sehingga orang Papua dan NTT tidak perlu terbang ke Jawa dan Bali untuk dioperasi itu adalah ciri-ciri keberhasilan RS vertikal kita," ujar BGS.



(miq/roy)