
Joss! Meski RI Resesi Teknikal, Fitch Pertahankan Rating BBB

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings menegaskan atau mengafirmasi kembali peringkat 'BBB' untuk Indonesia dengan proyeksi stabil. Fitch menilai ekonomi Indonesia masih punya peluang tumbuh dalam jangka menengah, karena rasio utang masih rendah.Â
Fitch memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2020 akan mengalami kontraksi 2% disebabkan dampak virus corona.
Kontraksi ini diperparah dengan kebijakan pembatasan jarak sosial berskala besar (PSBB) yang mempengaruhi pada konsumsi dan investasi yang turun. Selain itu terjadi penurunan nilai tukar rupiah, angka perdagangan Indonesia dan penghentian arus masuk sektor pariwisata asing secara tiba-tiba.
Dampak pandemi tersebut tergambar dari kontraksi ekonomi kuartal II-2020 sebesar 5,3% secara tahunan.
"Sebagian besar telah kami antisipasi dalam proyeksi yang kami buat," tulis keterangan dari Fitch yang dipublikasikan hari ini, Senin (10/8/2020).
Meski mengalami kontraksi karena dampak Covid-19, Fitch memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 6,6% pada 2021. Pendorongnya, ialah momentum pertumbuhan akan berlanjut pada 2022, dalam perkiraan pertumbuhan ekonomi RI akan tumbuh 5,5% didukung oleh fokus baru pemerintah pada pembangunan infrastruktur.
"Perkiraan kami memiliki risiko yang cukup besar, khususnya karena penyebaran Covid-19 yang berkelanjutan di Indonesia," tulis Ficth.Â
Menurut Fitch, pemerintah merespons krisis dengan cepat dengan berbagai tindakan bantuan untuk mendukung rumah tangga dan perusahaan, termasuk usaha kecil dan menengah. Total dukungan pemerintah terkait Covid-19 berjumlah Rp 695 triliun, atau 4,4% dari PDB, dan termasuk bantuan langsung tunai, penyediaan sembako, jaminan, dan insentif pajak.
Pemerintah juga telah mengambil beberapa tindakan sementara yang luar biasa, dengan mengambil kebijakan defisit anggaran di atas 3% dari PDB dan pembiayaan langsung bank sentral atas defisit tersebut.
Dalam pandangan Fitch, kebijakan fiskal yang berhati-hati dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan ruang utama bagi langkah-langkah bantuan. Defisit fiskal jauh di bawah batas atas selama dekade terakhir, menggambarkan dukungan untuk kebijakan fiskal yang berhati-hati di seluruh spektrum politik.
"Oleh karena itu, kami yakin pemerintah kemungkinan akan melanjutkan pagu defisit 3% lebih dari PDB pada tahun 2023, sejalan dengan niat yang sudah disampaikan," tambah Ficth.
(hps/tas) Next Article Astaga! Fitch Pangkas Rating Utang 30 Negara, Bakal Nambah?