
Amerika Masih Bisa "Bangkrut", China Jadi Masalah Baru!

IHSG pada perdagangan pekan ini diperkirakan akan bergerak fluktuatif di antara rentang support 6.662 dan resisten di 6.746.
Jika IHSG mampu menembus resisten maka target berikutnya di 6.812 hingga 6.845. Namun jika breakdown atau turun dari support, maka IHSG akan bergerak ke 6.565.
![]() Foto: Refinitiv |
Pekan ini sentimen dari luar negeri masih akan mendominasi pergerakan pasar keuangan Indonesia. Terutama kabar dari dari Amerika Serikat mengenai kebijakan moneter dan tentu saja update soal pagu utang Paman Sam yang terus dipantau para pelaku pasar.
Ada juga rilis data ekonomi yang patut diperhatikan terutama dari mitra dagang utama Indonesia, China.
Limit Utang AS Masuk Masa Krisis, Belum Ada Kesepakatan
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Anggota Kongres Utama dari Partai Republik Kevin McCarthy sepakat untuk menaikkan plafon utang pemerintah federal yang saat ini sebesar US$31,4 triliun. Kesepakatan ini dilakukan untuk mengakhiri kebuntuan mengenai debt ceiling yang terjadi selama berbulan-bulan.
Meski begitu, menurut McCarthy, sebagaimana dilansir Reuters, negosiasi itu disebut masih belum diputuskan secara final. "Saya baru saja menutup panggilan telepon dengan presiden (Joe Biden) beberapa waktu lalu. Setelah dia membuang-buang waktu dan menolak untuk bernegosiasi selama berbulan-bulan, kami telah mencapai kesepakatan prinsip yang layak untuk Amerika," kata dia dikutip Minggu (28/5/2023).
Menteri Keuangan (Menkeu) Amerika Serikat (AS), Janet Yellen memperpanjang batas waktu paling cepat perihal penetapan gagal bayar utang (default) pemerintah dari yang sebelumnya 1 Juni menjadi 5 Juni 2023.
Data Ekonomi AS Diperkirakan Lemah, The Fed Bakal Dovish?
Beberapa data makro ekonomi Amerika Serikat akan rilis pekan depan dan dipandang akan berpengaruh kepada visi The Fed mengenai nasib suku bunga.
Pertama, indeks keyakinan konsumen Mei yang akan masuk ke zona pesimis. Mengutip konsensus Trading Economics, IKK AS diperkirakan akan berada di level 99,1, turun dari bulan sebelumnya di 101,3.
Klaim pengangguran awal diperkirakan akan meningkat menjadi 235.000 untuk pekan yang berakhir di tanggal 26 Mei 2023. Angka tersebut naik dari pekan sebelumnya yakni 229.000.
Kemudian data aktivitas manufaktur yang tetap berada di zona kontraksi. Mengacu konsensus Trading Economics, aktivitas manufaktur AS berada di 47,1 stagnan dari sebelumnya 47.
Selain itu ada data pengangguran AS yang diperkirakan meningkat menjadi 3,5% serta gaji non pertanian yang turun menjadi 195.000.
Akan tetapi, walaupun indikator menandakan bahwa ekonomi AS cenderung melemah pandangan para pelaku pasar The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 14 Juni nanti. Adapun 64,2% investor yakin The Fed masih hawkish, berbanding terbalik sebelum pengumuman FOMC lalu.
![]() |
Aktivitas Manufaktur China Tetap di Terkontraksi
China akan merilis data aktivitas manufaktur yang diperkirakan masih berada di zona kontraksi yakni 49,4 berdasarkan data NBS. Begitu juga data Caixin yang memperkirakan aktivitas manufaktur China yakni 49,3.
