
Sengketa Pilpres Berakhir & Kabar Baik China, Saatnya Pasar RI Bangkit

Ada sejumlah sentimen yang bakal berpengaruh terhadap pasar keuangan RI hari ini, baik dari internasional maupun dalam negeri.
Selain itu, pasar diharapkan bisa tertular Wall Street yang semalam kompak hijau setelah pekan lalu ambruk cukup dalam.
Simak, sentimen selengkapnya berikut ini :
1. Hasil Sidang Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024
Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan untuk menolak seluruhnya permohonan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024.
"Amar putusan. Mengadili. Dalam eksepsi menolak eksepsi termohon dan pihak terkait untuk seluruhnya," ujar Ketua MK Suhartoyo, di Gedung MK, Senin (22/4/2024).
"Dalam pokok permohonan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya," lanjutnya.
Selain itu, MK juga menginformasikan bahwa telah menerima puluhan Amicus Curiae dari berbagai pihak terkait dengan perkara ini. Salah satu yang mencuat adalah Amicus Curiae yang diajukan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri.
Sebanyak 48 Amicus Curiae telah diajukan dalam perkara ini, mengukuhkan posisinya sebagai jumlah terbanyak sepanjang sejarah MK menangani perkara Perselisihan Hasil Pemilu (PHPU). Namun, dari jumlah tersebut, hanya 14 yang dibahas oleh hakim. Kriteria pembahasan adalah Amicus Curiae yang masuk sebelum tanggal 16 April 2024 pukul 16.00 WIB.
Pasangan calon nomor urut 01, Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Pasangan Calon nomor urut 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD selaku pihak Pemohon seluruhnya hadir dalam sidang putusan MK kali ini.
Sidang Putusan MK terkait sengketa pilpres 2024 juga berlangsung relatif cepat, khususnya apabila dibandingkan dengan periode 2019. Sidang yang dilaksanakan pada 22 April 2024 ini dimulai pukul 08.59 dan berakhir pada 15.13 WIB atau mencapai 6 jam 14 menit.
Ditolaknya gugatan PHPU pilpres 2024 akan menjaga stabilitas ekonomi dan politik dalam negeri sehingga pasar keuangan Indonesia diharapkan tidak terguncang.
2. Surplus Neraca Dagang Lampaui Ekspektasi
Surplus neraca perdagangan Indonesia naik signifikan pada Maret 2024 bahkan jauh di atas ekspektasi pasar. Hal ini dinilai baik disertai angka ekspor yang melonjak tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa neraca perdagangan melonjak signifikan menjadi US$4,47 miliar dengan kinerja ekspor sebesar US$22,43 miliar atau naik 16,4% (month to month/mtm) namun turun 4,19% (year on year/yoy).
Sementara impor RI tercatat US$17,96 Miliar atau turun 2,60% (mtm) dan turun 12,76% (yoy).
PLT Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan penurunan impor secara bulanan terjadi di hampir semua jenis barang.
Dengan hasil ini, maka neraca perdagangan Indonesia memperpanjang tren surplus menjadi 47 bulan beruntun.
Konsensus pasar yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾ dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2024 akan mencapai US$1,54 miliar. Proyeksi ini kemudian terlampaui dengan realisasi mencapai US$ 4,47 miliar, naik drastis dibandingkan bulan sebelumnya sekitar US$ 870 juta.
3. Suku Bunga Acuan China
Sentimen dari luar negeri, datang dari Sang Naga Asia yang kembali dengan kebijakan menahan suku bunga acuan pada kemarin, Senin (22/4/2024).
Bank sentral China diketahui mempertahankan suku bunga pinjaman satu tahun dan lima tahun masing-masing sebesar 3,45% dan 3,95%. Suku bunga dasar pinjaman (LPR) 1 tahun menjadi acuan sebagian besar pinjaman korporasi dan rumah tangga. Sementara itu, suku bunga lima tahun menjadi acuan untuk hipotek properti.
Kedua suku bunga tersebut berada pada rekor terendah seiring dengan upaya pemerintah ingin menopang pertumbuhan ekonomi dengan menjaga kondisi moneter lokal dalam menghadapi tantangan dari sektor properti, dan tren deflasi yang masih terus berlanjut.
Keputusan tersebut diambil setelah negara ekonomi terbesar kedua tersebut mencatat pertumbuhan ekonomi lebih cepat dari perkiraan pada kuartal pertama 2024 di tengah melemahnya yuan.
Sementara itu, angka perekonomian China yang lemah pada Maret meningkatkan ekspektasi bahwa pemerintah masih bisa melonggarkan kebijakan lebih lanjut.
4. Indeks PMI AS
Beralih pada hari ini, Selasa (23/4/2024), AS akan merilis data Purchasing Managers' Index (PMI) yang secara umum diperkirakan mengalami kenaikan baik composite, manufacturing, dan services masing-masing menjadi 52,5, 52, dan 51,8.
Jika hal ini benar-benar terjadi, maka dapat dikatakan ekonomi AS masih cukup kuat dan berujung pada ekspektasi pemangkasan suku bunga masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.
5. Pengumuman Suku Bunga Acuan BI
Selanjutnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) juga akan dilaksanakan mulai hari ini dan akan berakhir besok, Rabu (24/2/2024)
Salah satu yang menjadi perhatian pelaku pasar yakni data suku bunga (BI Rate) yang akan disampaikan BI pada 24 April. Saat ini, suku bunga BI masih berada di angka 6% dan sudah lima bulan beruntun, BI menahan suku bunga.
Menarik diperhatikan juga terkait pandangan BI perihal kondisi rupiah yang terus melemah hingga menembus Rp16.200/US$. Pasar juga menantikan bagaimana intervensi BI guna menstabilkan rupiah di tengah banyaknya risiko eksternal.
Sebagian pelaku pasar memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga di tengah pelemahan nilai tukar.
Halaman 4 >>>
(tsn/tsn)