Sengketa Pilpres Berakhir & Kabar Baik China, Saatnya Pasar RI Bangkit
- Pasar saham RI masih lanjut koreksi dengan tekanan jual asing semakin deras.
- Bursa Wall Street mulai rebound setelah tekanan geopolitik di Timur Tengah mulai mereda
- MK menolak sengketa Pilpres 2024, surplus neraca dagang berlanjut, hingga penantian sejumlah data AS akan mewarnai gerak pasar hari ini.
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pasar keuangan RI bergerak beragam pada perdagangan kemarin, Senin (22/4/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi lagi dan obligasi masih dijual investor. Namun, rupiah mulai bangkit.
Pasar keuangan dalam negeri diharapkan bisa kompak bangkit pada hari ini. Sentimen selengkapnya yang potensi mempengaruhi pasar pada hari ini, Selasa (23/4/2024) silahkan dibaca pada halaman tiga artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup koreksi lagi, 13,48 poin atau 0,19% ke 7073,82. Penyusutan ini melanjutkan koreksi pada akhir pekan lalu sebesar 1,1%.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai Rp11,95 triliun, melibatkan 20,01 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,24 juta kali. Ada 272 saham yang menguat, 205 4 tidak berubah, sementara 306 terdepresiasi.
Pelemahan IHSG sejalan dengan aksi jual asing yang masih deras, dalam sehari perdagangan kemarin asing mencatatkan penjualan bersih mencapai Rp919,80 di keseluruhan pasar. Rinciannya Rp1,08 triliun terjual di pasar reguler, sementara pasar nego dan tunai tercatat beli bersih Rp161,86 miliar.
Sepanjang April IHSG selalu net sell. Jika diakumulasi nilai dalam kurun waktu kurang lebih dua minggu perdagangan terbuka penjualan asing nyaris Rp15 triliun.
Tekanan jual juga terjadi di pasar obligasi, ini tercermin dari yield yang masih meningkat.
Perlu diketahui, gerak harga dan yield obligasi itu berkebalikan. Ketika yield naik ini menandakan harga sedang terkoreksi atau banyak investor menjual obligasi.
Dilansir dari Refinitiv, imbal hasil acuan Surat Berharga Negara (SBN) pada penutupan perdagangan kemarin berada di 7,08%.Imbal hasil ini merupakan yang tertinggi sejak 30 Oktober 2023 atau hampir enam bulan terakhir.
Sementara itu, nilai tukar rupiah tampak mulai menguat tipis kemarin. Namun, mata uang Garuda masih bertengger posisinya di atas level psikologis Rp16.200/US$
Melansir data Refinitiv, pada perdagangan kemarin rupiah ditutup menguat tipis 0,12% menuju posisi. Rp16.230/US$. Ini berbanding terbalik dengan rupiah yang ditutup melemah 0,49% ke angka Rp16.250/US$ pada penutupan perdagangan Jumat (19/4/2024).
Rupiah mulai bangkit kemungkinan besar terdongkrak kondisi politik domestik yang mendingin pasca sidang hasil putusan pembacaan sengketa Pilpres 2024 yang ditolak Mahkamah Konstitusi (MK).
Selain itu, neraca dagang juga menjadi katalis positif dengan mencetak surplus lagi untuk ke-47 bulan beruntun. Surplus melonjak drastis menjadi US$ 4,47 miliar pada Maret 2024, dibandingkan bulan sebelumnya sekitar US$ 870 juta.
Halaman 2 >>>
(tsn/tsn)