²©²ÊÍøÕ¾

Amit-Amit Suku Bunga Naik, Warga RI Bakal Makin Tercekik

Robertus Andrianto, ²©²ÊÍøÕ¾
24 April 2024 09:05
FILE PHOTO - The logo of Indonesia's central bank, Bank Indonesia, is seen on a window in the bank's lobby in Jakarta, Indonesia September 22, 2016.  REUTERS/Iqro Rinaldi/File Photo
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Bank Indonesia (BI) akan mengetatkan suku bunga atau menaikkan suku bunga oleh sebagian para pelaku pasar imbas nilai tukar rupiah yang jatuh.

Konsensus ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia mencatat 5 dari 14 ekonom memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%. 

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang menjadi sorotan karena melemah signifikan hingga mencapai Rp16.285 per dolar AS pada Jumat (19/4/2024) dan masih stabil di posisi Rp16.200-an hingga kemarin di tengah Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berakhir hari ini (24/4/2024).

Asal tahu saja, posisi rupiah saat ini merupakan yang terendah sejak era virus Covid-19 pada 2020 silam.

Jika BI mengaminkan kenaikan suku bunga, dompet masyarakat akan manik tercekik. Berikut yang akan terjadi jika kenaikan suku bunga BI Terjadi:

KPR Makin Mahal

BI rate ini tentu katanya akan membebani cicilan yang sifatnya mengambang atau floating seperti Kredit Kepemilikan Rumah.

Bunga KPR floating bisa jadi akan naik semakin tinggi dan mencekik dompet. Alhasil cicilan masyarakat tentunya akan semakin berat dan menjadi beban.

Namun bagi debitur KPR yang masih dalam periode fix rate tentu bisa tetap tenang karena tidak akan berpengaruh.

Kredit Motor dan Mobil Makin Mahal

Biaya cicilan motor dan mobil akan semakin tinggi jika suku bunga naik. Masyarakat mungkin tidak akan tertarik untuk membeli motor atau mobil sementara karena cicilan akan semakin membengkak.

Imbasnya tentu saja minat untuk membeli mobil dan motor pribadi akan menyusut, terutama untuk unit kendaraan baru.

Kantong Bolong, Masyarakat Makin Ogah Belanja

Beban cicilan yang makin membesar karena kredit baik itu KPR maupun kendaraan pribadi akan semakin tinggi dan berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat,

Apalagi di tengah kondisi harga pangan yang tinggi dan biaya hidup mahal, tentu kenaikan cicilan akan sangat mencekik keuangan masyarakat terutama menengah dan bawah.

Padahal mayoritas penduduk Indonesia adalah kelas menengah dan bawah, sehingga ini akan berdampak kepada daya beli masyarakat keseluruhan. 

Minat kredit oleh masyarakat pun bisa berkurang. Patut diingat! jika penyaluran kredit yang berkurang atau terhambat bakal berdampak langsung kepada pertumbuhan ekonomi.

Susah Cari Kerja dan Siap-siap PHK

Masyarakat akan semakin susah mencari kerja karena perusahaan bisa jadi menahan ekspansi di tengah biaya kredit yang mahal dan daya beli yang berkurang.

Biasanya hal yang disiasati oleh perusahaan di tengah tekanan adalah biaya atau beban pegawai. 

Sangat memungkinkan perusahaan akan mengurangi peluang perekrutan karyawan baru dan mengurangi jumlah pegawainya alias akan terjadi PHK.

Sebelumnya, ekonom senior sekaligus mantan Menteri Keuangan BambangBrodjonegoro buka suara mengenai kemungkinan Bank Indonesia (BI) menaikk

an tingkat suku bunga BI Rate di tengah harga dolar Amerika Serikat yang menembus level Rp 16.000/US$.

Bambang mengatakan BI harus benar-benar memperhitungkan dampak dari kenaikan suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Bambang menilai masih ada opsi selain menaikkan suku bunga untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Opsi itu adalah menggunakan cadangan devisa untuk menstabilkan nilai tukar.

"BI otomatis menggunakan cadangan devisa untuk memastikan kalaupun ada fluktuasi itu relatif bisa lebih stabil, artinya tidak terlalu liar dan diupayakan ada penguatan sedikit dari pelemahan yang sedang terjadi," kata dia.

²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation